Selamat Datang Di Cholid Mahmud Center.

Temukan informasi seputar pencalonan Ir. H. Cholid Mahmud, M.T menjadi anggota DPD RI dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

...

Alon- alon waton kelakon...
Hidup seakan berjalan lambat di Yogyakarta. Namun tidak dengan bahaya yang datang ke Yogyakarta. Mereka datang dengan cepat. Melebihi kesiapan warganya dalam menghadapi bencana.

Sungguh menggembirakan sekaligus menggelisahkan melihat posisi Kota Yogyakarta. Merapi di utara menjamin suplai pasir yang melimpah. Dataran aluvial di bagian tengah membuat segalam macam tanaman tumbuh subur dengan baik. Karst di bagian timur menyajikan pemandangan gua bawah tanah yang indah dan batu kapur yang terbaik. Namun terdapat berbagai bencana mengancam di baliknya.

Jauh di dalam samudera di selatan Pulau Jawa, zona penunjaman lempeng Australia dan Asia menghasilkan gempa bumi Yogyakarta tahun 2007 sebagai manifestasi dari pergerakan lempeng ini. Merapi sebagai gunung api aktif juga membawa ancaman lahar dan wedhus gembel di kawasan utara. Daerah Karst di Gunung Kidul tidak mengizinkan air berada di permukaan, namun langsung diteruskan lewat pori batuan yang menjadikan kekeringan sebagai agenda tahunan di musim kemarau. Susunan batuan dan tanah yang tidak kompak di Kulon Progo membawa ancaman longsor bagi penduduknya. Jadi, bagaimana warga Yogyakarta dapat hidup aman bila bencana mengancam di setiap jengkal daerahnya?

Memang sulit diterima bahwa gempa bumi tidak dapat diramalkan, gunung api tidak dapat dicegah letusannya dan batuan kapur akan selalu meloloskan air dengan cepat menyebabkan kekeringan. Masyarakat dan pemerintah mungkin membutuhkan kepastian dalam mengelakkan bencana. Namun bencana memang tidak dapat dielakkan, tetapi dapat diantisipasi.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjadikan penanggulangan bencana sebagai mainstream pemerintah dalam pembangunan. Memang agak aneh, negara yang kaya potensi bencana ini tidak mempunyai dinas bencana sebagaimana potensi wisata ditangani oleh dinas pariwisata. Namun hal ini bisa dicermati lewat bagian yang memperhatikan bencana di tiap level pemerintahan. Di Daerah Tingkat II, perhatian dapat diberikan untuk kebutuhan daerah dengan potensi bencana yang spesifik di tiap wilayah. Dibutuhkan prosedur tetap dan pengelolaannya yang rapi dalam menangani bencana. Setiap Daerah Tingkat II akan mempunyai spesifikasi dan berkonsentrasi untuk menangani bencana di wilayah tersebut. Hal ini harus dilakukan karena setiap bencana terjadi karena karakteristik wilayah yang berbeda. Wilayah Yogyakarta bagian timur mengalami kekeringan karena jenis batuan dan struktur geologi yang membuat air tidak akan muncul di permukaan, namun di bawah tanah, sehingga menyebabkan kekeringan. Hal ini tentunya tidak akan dialami oleh wilayah Yogyakarta di zona aluvial dimana air akan berlimpah karena tanah pasir dan lempung yang menyebabkan air berada di permukaan. Namun banjir menjadi ancaman di daerah bertanah lembab ini. Inilah secara garis besar yang menyebabkan bencana akan berlangsung spesifik di suatu wilayah sesuai dengan karakternya.

Ada bagian dalam penanganan yang sering terlupa, yaitu sebelum bencana itu terjadi, terdapat usaha preparedness dan promotif. Sifat pemerintah dan masyarakat yang kuratif tidak meminimalkan resiko bencana. Bila kekeringan, gempa, dan longsor selalu datang, maka butuh penyiapan sebelum bencana itu datang. Di sinilah poin penting edukasi penanggulangan bencana.

Pemerintah perlu melakukan penyadaran resiko bencana dengan edukasi yang spesifik terhadap bencana tertentu di wilayah tersebut. Penduduk di wilayah rawan longsor akan diedukasi bahwa penataan ruang untuk perumahan sebaiknya tidak di dekat tebing. Bagi penduduk di wilayah rawan banjir, maka akan membangun rumah yang tinggi, sedangkan rumah di wilayah rawan gempa akan dibangun dengan standar tahan gempa. Edukasi ini memang bukan pekerjaan satu-dua tahun, tapi usaha dalam membangun generasi dan inilah yang seharusnya dilakukan ketika menginginkan Yogyakarta tumbuh menjadi daerah yang siaga tehadap bencana.

Kita memang tidak dapat meprediksi datangnya bencana, namun usaha untuk menanggulangi bencana itu dapat kita lakukan dari sekarang. Dengan mewujudkan pemerintahan yang membuat kebijakan komprehensif tentang penanggulangan bencana untuk masyarakatnya. Dengan edukasi dan belajar bahwa kita memang tidak dapat mengelak dari bencana, namun kita dapat mencegah dan hidup siaga berdampingan dengannya.



0 komentar